Rabu, 06 Mei 2015

Konferensi Asia–Afrika



Konferensi Asia–Afrika

Konferensi Tingkat Tinggi Asia–Afrika (disingkat KTT Asia Afrika atau KAA; kadang juga disebut Konferensi Bandung) adalah sebuah konferensi antara negara-negara Asia dan Afrika, yang kebanyakan baru saja memperoleh kemerdekaan. KAA diselenggarakan oleh Indonesia, Myanmar (dahulu Burma), Sri Lanka (dahulu Ceylon), India dan Pakistan dan dikoordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Sunario. Pertemuan ini berlangsung antara 18 April-24 April 1955, di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia dengan tujuan mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis lainnya.
Sebanyak 29 negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia pada saat itu mengirimkan wakilnya. Konferensi ini merefleksikan apa yang mereka pandang sebagai ketidakinginan kekuatan-kekuatan Barat untuk mengkonsultasikan dengan mereka tentang keputusan-keputusan yang memengaruhi Asia pada masa Perang Dingin; kekhawatiran mereka mengenai ketegangan antara Republik Rakyat Tiongkok dan Amerika Serikat; keinginan mereka untuk membentangkan fondasi bagi hubungan yang damai antara Tiongkok dengan mereka dan pihak Barat; penentangan mereka terhadap kolonialisme, khususnya pengaruh Perancis di Afrika Utara dan kekuasaan kolonial perancis di Aljazair; dan keinginan Indonesia untuk mempromosikan hak mereka dalam pertentangan dengan Belanda mengenai Irian Barat.
Sepuluh poin hasil pertemuan ini kemudian tertuang dalam apa yang disebut Dasasila Bandung, yang berisi tentang "pernyataan mengenai dukungan bagi kerusuhan dan kerjasama dunia". Dasasila Bandung ini memasukkan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB dan prinsip-prinsip Nehru.
Konferensi ini akhirnya membawa kepada terbentuknya Gerakan Non-Blok pada 1961.

Asia dan Pasifik


·         Afganistan
·         Arab Saudi
·         Azerbaijan
·         Bahrain
·         Bangladesh
·         Bhutan
·         Brunei Darussalam
·         Filipina
·         Fiji
·         India
·         Indonesia
·         Iran
·         Irak
·         Jepang
·         Kamboja
·         Kazakstan
·         Korea Utara
·         Korea Selatan
·         Kuwait
·         Kirgizia
·         Laos
·         Lebanon
·         Malaysia
·         Maladewa
·         Kepulauan Marshall
·         Mikronesia
·         Mongolia
·         Myanmar
·         Nauru
·         Nepal
·         Oman
·         Pakistan
·         Palestina
·         Papua Nugini
·         Republik Rakyat Tiongkok
·         Qatar
·         Samoa
·         Singapura
·         Kepulauan Solomon
·         Sri Lanka
·         Suriah
·         Tajikistan
·         Thailand
·         Timor Leste
·         Tonga
·         Turki
·         Turkmenistan
·         Tuvalu
·         Uni Emirat Arab
·         Uzbekistan
·         Vanuatu
·         Vietnam
·         Yaman
·         Yordania

Afrika




Sejarah
Berakhirnya Perang Dunia I membawa pengaruh terhadap bangsa-bangsa Asia dan Afrika untuk memperoleh kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan. Di samping itu juga ditandai dengan munculnya dua kekuatan ideologis, politis, dan militer termasuk pengembangan senjata nuklir. Negara Republik Indonesia dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat dan bernegara selalu berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945. Salah satu bentuk penyelenggaraan kehidupan bernegara adalah menjalin kerja sama dengan negara lain. Kebijakan yang menyangkut hubungan dengan negara lain terangkum dalam kebijakan politik luar negeri. Oleh karena itu, pelaksanaan politik luar negeri Indonesia juga harus berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.Indonesia mencetuskan gagasannya untuk menggalang kerja sama dan solidaritas antarbangsa dengan menyelenggarakan KAA.
Latar Belakang Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika
Politik luar negeri Indonesia adalah bebas aktif. Bebas, artinya bangsa Indonesia tidak memihak pada salah satu blok yang ada di dunia. Jadi, bangsa Indonesia berhak bersahabat dengan negara mana pun asal tanpa ada unsur ikatan tertentu. Bebas juga berarti bahwa bangsa Indonesia mempunyai cara sendiri dalam menanggapi masalah internasional. Aktifberarti bahwa bangsa Indonesia secara aktif ikut mengusahakan terwujudnya perdamaian dunia. Negara Indonesia memilih sifat politik luar negerinya bebas aktif sebab setelah Perang Dunia II berakhir di dunia telah muncul dua kekuatan adidaya baru yang saling berhadapan, yaitu negara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Amerika Serikat memelopori berdirinya Blok Barat atau Blok kapitalis (liberal), sedangkan Uni Soviet memelopori kemunculan Blok Timur atau blok sosialis (komunis).

Dalam upaya meredakan ketegangan dan untuk mewujudkan perdamaian dunia, pemerintah Indonesia memprakarsai dan menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika. Usaha ini mendapat dukungan dari negara-negara di Asia dan Afrika. Bangsa-bangsa di Asia dan Afrika pada umumnya pernah menderita karena penindasan imperialis Barat. Persamaan nasib itu menimbulkan rasa setia kawan. Setelah Perang Dunia II berakhir, banyak negara di Asia dan Afrika yang berhasil mencapai kemerdekaan, di antaranya adalah India, Indonesia, Filipina, Pakistan, Burma (Myanmar), Sri Lanka, Vietnam, dan Libia. Sementara itu, masih banyak pula negara yang berada di kawasan Asia dan Afrika belum dapat mencapai kemerdekaan. Bangsa-bangsa di Asia dan Afrika yang telah merdeka tidak melupakan masa lampaunya. Mereka tetap merasa senasib dan sependeritaan. Lebih-lebih apabila mengingat masih banyak negara di Asia dan Afrika yang belum merdeka. Rasa setia kawan itu dicetuskan dalam

Konferensi Asia Afrika. Sebagai cetusan rasa setia kawan dan sebagai usaha untuk menjaga perdamaian dunia, pelaksanaan Konferensi Asia Afrika mempunyai arti penting, baik bagi bangsa-bangsa di Asia dan Afrika pada khususnya maupun dunia pada umumnya.
Prakarsa untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika dikemukakan pertama kali oleh Perdana Menteri RI Ali Sastroamijoyo yang kemudian mendapat dukungan dari negara India, Pakistan, Sri Lanka, dan Burma (Myanmar) dalam Konferensi Colombo.
Konferensi Pendahuluan

Sebelum Konferensi Asia Afrika dilaksanakan, terlebih dahulu diadakan konferensi pendahuluan sebagai persiapan. Konferensi pendahuluan tersebut, antara lain sebagai berikut.
Konferensi Kolombo (Konferensi Pancanegara I)
Konferensi pendahuluan yang pertama diselenggarakan di Kolombo, ibu kota negara Sri Lanka pada tanggal 28 April–2 Mei 1954. Konferensi dihadiri oleh lima orang perdana menteri dari negara sebagai berikut.
  • Perdana Menteri Pakistan : Muhammad Ali Jinnah
  • Perdana Menteri Sri Lanka : Sir John Kotelawala
  • Perdana Menteri Burma (Myanmar) : U Nu
  • Perdana Menteri Indonesia : Ali Sastroamijoyo
  • Perdana Menteri India : Jawaharlal Nehru
Konferensi Kolombo membahas masalah Vietnam, sebagai persiapan untuk menghadapi Konferensi di Jenewa. Di samping itu Konferensi Kolombo secara aklamasi memutuskan akan mengadakan Konferensi Asia Afrika dan pemerintah Indonesia ditunjuk sebagai penyelenggaranya. Kelima negara yang wakilnya hadir dalam Konferensi Kolombo kemudian dikenal dengan nama Pancanegara. Kelima negara itu disebut sebagai negara sponsor. Konferensi Kolombo juga terkenal dengan nama Konferensi Pancanegara I.
Konferensi Bogor (Konferensi Pancanegara II)


Konferensi pendahuluan yang kedua diselenggarakan di Bogor pada tanggal 22–29 Desember 1954. Konferensi itu dihadiri pula oleh perdana menteri negara-negara peserta Konferensi Kolombo. Konferensi Bogor memutuskan hal-hal sebagai berikut.
  • Konferensi Asia Afrika akan diselenggarakan di Bandung pada bulan 18-24 April 1955.
  • Penetapan tujuan KAA dan menetapkan negara-negara yang akan diundang sebagai peserta Konferensi Asia Afrika.
  • Hal-hal yang akan dibicarakan dalam Konferensi Asia Afrika.
  • Pemberian dukungan terhadap tuntutan Indonesia mengenai Irian Barat.

Konferensi Bogor juga terkenal dengan nama Konferensi Pancanegara II.

Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika
Sesuai dengan rencana, Konferensi Asia Afrika diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18–24 April 1955. Kon-ferensi Asia Afrika dihadiri oleh wakil-wakil dari 29 negara yang terdiri atas negara pengundang dan negara yang diundang.
  • Negara pengundang meliputi Indonesia, India, Pakistan, Sri Lanka, dan Burma (Myanmar).
  • Negara yang diundang 24 negara terdiri atas 6 negara Afrika dan 18 negara meliputi Asia (Filipina, Thailand, Kampuchea, Laos, RRC, Jepang, Vietnam Utara, Vietnam Selatan, Nepal, Afghanistan, Iran, Irak, Saudi Arabia, Syria (Suriah), Yordania, Lebanon, Turki, Yaman), dan Afrika (Mesir, Sudan, Etiopia, Liberia, Libia, dan Pantai Emas/Gold Coast).
Negara yang diundang, tetapi tidak hadir pada Konferensi Asia Afrika adalah Rhodesia/Federasi Afrika Tengah. Ketidakhadiran itu disebabkan Federasi Afrika Tengah masih dilanda pertikaian dalam negara/dikuasai oleh orang-orang Inggris. Semua persidangan Konferensi Asia Afrika diselenggarakan di Gedung Merdeka, Bandung.
Latar belakang dan dasar pertimbangan diadakan KAA adalah sebagai berikut.
  • Kenangan kejayaan masa lampau dari beberapa negara di kawasan Asia-Afrika.
  • Perasaan senasib sepenanggungan karena sama-sama merasakan masa penjajahan dan penindasan bangsa Barat, kecuali Thailand.
  • Meningkatnya kesadaran berbangsa yang dimotori oleh golongan elite nasional/terpelajar dan intelektual.
  • 4) Adanya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur.
  • Memiliki pokok-pokok yang kuat dalam hal bangsa, agama, dan budaya.
  • Secara geografis letaknya berdekatan dan saling melengkapi satu sama lain.
Tujuan diadakannya Konferensi Asia Afrika, antara lain:
  • memajukan kerja sama bangsa-bangsa di Asia dan Afrika dalam bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan;
  • memberantas diskriminasi ras dan kolonialisme;
  • memperbesar peranan bangsa Asia dan Afrika di dunia dan ikut serta mengusahakan perdamaian dunia dan kerja sama internasional.
  • bekerja sama dalam bidang sosial, ekonomi, dan budaya,
  • membicarakan masalah-masalah khusus yang menyangkut kepentingan bersama seperti kedaulatan negara, rasionalisme, dan kolonialisme.

Konferensi Asia Afrika membicarakan hal-hal yang menyangkut kepentingan bersama negara-negara di Asia dan Afrika, terutama kerja sama ekonomi dan kebudayaan, serta masalah kolonialisme dan perdamaian dunia. Kerja sama ekonomi dalam lingkungan bangsa-bangsa Asia dan Afrika dilakukan dengan saling memberikan bantuan teknik dan tenaga ahli. Konferensi berpendapat bahwa negara-negara di Asia dan Afrika perlu memperluas perdagangan dan pertukaran delegasi dagang. Dalam konferensi tersebut ditegaskan juga pentingnya masalah perhubungan antarnegara karena kelancaran perhubungan dapat memajukan ekonomi. Konferensi juga menyetujui penggunaan beberapa organisasi internasional yang telah ada untuk memajukan ekonomi. Konferensi Asia Afrika menyokong sepenuhnya prinsip dasar hak asasi manusia yang tercantum dalam Piagam PBB. Oleh karena itu, sangat disesalkan masih adanya rasialisme dan diskriminasi warna kulit di beberapa negara. Konferensi mendukung usaha untuk melenyapkan rasialisme dan diskriminasi warna kulit di mana pun di dunia ini. Konferensi juga menyatakan bahwa kolonialisme dalam segala bentuk harus diakhiri dan setiap perjuangan kemer-dekaan harus dibantu sampai berhasil. Demi perdamaian dunia, konferensi mendukung adanya perlucutan senjata. Juga diserukan agar percobaan senjata nuklir dihentikan dan masalah perdamaian juga merupakan masalah yang sangat penting dalam pergaulan internasional. Oleh karena itu, semua bangsa di dunia hendaknya menjalankan toleransi dan hidup berdampingan secara damai. Demi perdamaian pula, konferensi menganjurkan agar negara yang memenuhi syarat segera dapat diterima menjadi anggota PBB.
Konferensi setelah membicarakan beberapa masalah yang menyangkut kepentingan negara-negara Asia Afrika khususnya dan negara-negara di dunia pada umumnya, segera mengambil beberapa keputusan penting, antara lain:
  1. memajukan kerja sama bangsa-bangsa Asia Afrika di bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan;
  2. menuntut kemerdekaan bagi Aljazair, Tunisia, dan Maroko;
  3. mendukung tuntutan Indonesia atas Irian Barat dan tuntutan Yaman atas Aden;
  4. menentang diskriminasi ras dan kolonialisme dalam segala bentuk;
  5. aktif mengusahakan perdamaian dunia.
Selain menetapkan keputusan tersebut, konferensi juga mengajak setiap bangsa di dunia untuk menjalankan beberapa prinsip bersama, seperti:
  1. menghormati hak-hak dasar manusia, tujuan, serta asas yang termuat dalam Piagam PBB;
  2. menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa;
  3. mengakui persamaan ras dan persamaan semua bangsa, baik bangsa besar maupun bangsa kecil;
  4. melakukan intervensi atau ikut campur tangan dalam persoalan dalam negeri negara lain;
  5. menghormati hak-hak tiap bangsa untuk mempertahankan diri, baik secara sendirian maupun secara kolektif sesuai dengan Piagam PBB;
  6. a) tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus salah satu negara besar; b) tidak melakukan tekanan terhadap negara lain;
  7. tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial atas kemerdekaan politik suatu negara;
  8. menyelesaikan segala perselisihan internasional secara damai sesuai dengan Piagam PBB;
  9. memajukan kepentingan bersama dan kerja sama internasional;
  10. menghormati hukum dan kewajiban internasional lainnya.
Kesepuluh prinsip yang dinyatakan dalam Konferensi Asia Afrika itu dikenal dengan nama Dasasila Bandung atau Bandung Declaration.
Pengaruh Konferensi Asia Afrika bagi Solidaritas dan Perjuangan Kemerdekaan Bangsa di Asia dan Afrika
Konferensi Asia Afrika membawa pengaruh yang besar bagi solidaritas dan perjuangan kemerdekaan bangsa di Asia dan Afrika. Pengaruh Konferensi Asia Afrika adalah sebagai berikut.
  • Perintis dalam membina solidaritas bangsa-bangsa dan merupakan titik tolak untuk mengakui kenyataan bahwa semua bangsa di dunia harus dapat hidup berdampingan secara damai.
  • Cetusan rasa setia kawan dan kebangsaan bangsa-bangsa Asia Afrika untuk menggalang persatuan.
  • Penjelmaan kebangkitan kembali bangsa-bangsa di Asia dan Afrika.
  •  Pendorong bagi perjuangan kemerdekaan bangsa di dunia pada umumnya serta di Asia dan Afrika khususnya.
  • Memberikan pengaruh yang besar terhadap perjuangan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika dalam mencapai kemerdekaannya.
  • Banyak negara-negara Asia-Afrika yang merdeka kemudian masuk menjadi anggota PBB.
Selain membawa pengaruh bagi solidaritas dan perjuangan kemerdekaan bangsa di Asia dan Afrika, Konferensi Asia Afrika juga menimbulkan dampak yang penting dalam perkembangan dunia pada umumnya. Pengaruh atau dampak itu, antara lain sebagai berikut.
  • Konferensi Asia Afrika mampu menjadi penengah dua blok yang saling berseteru sehingga dapat mengurangi ketegangan/détenteakibat Perang Dingin dan mencegah terjadinya perang terbuka.
  • Gagasan Konferensi Asia Afrika berkembang lebih luas lagi dan diwujudkan dalam Gerakan Non Blok.
  • Politik bebas aktif yang dijalankan Indonesia, India, Burma (Myanmar), dan Sri Lanka tampak mulai diikuti oleh negara-negara yang tidak bersedia masuk Blok Timur ataupun Blok Barat.
  • Belanda cemas dalam menghadapi kelompok Asia Afrika di PBB sebab dalam Sidang Umum PBB, kelompok tersebut mendukung tuntutan Indonesia atas kembalinya Irian Barat ke pangkuan RI.
  • Australia dan Amerika Serikat mulai berusaha menghapuskan diskriminasi ras di negaranya.
Konferensi Asia Afrika dan pengaruhnya terhadap solidaritas antarbangsa tidak hanya berdampak pada negara-negara di Asia dan Afrika, tetapi juga bergema ke seluruh dunia.
Hubungan dengan Eropa
Konflik negara-negara Barat dalam penjajahannya di Afrika mengambil cara eksploitasi dan hampir-hampir penyebaran kapitalisme tidak terlihat wujudnya. Penampakan lebih pada kerakusan materi dan konflik perebutan pengaruh antara Eropa dan AS. Inggris dan sekutu-sekutu Eropanya, demikian juga AS, tidak menaruh perhatian pada apa pun di Afrika, kecuali pada keuntungan-keuntungan material.
Adapun di Dunia Islam, di Timur Tengah dan Afrika Utara, atau di Asia Tengah dan Asia Tenggara, maka negara-negara penjajah —di bawah pimpinan AS— di samping memaksakan dominasi politik, militer, dan ekonomi di Dunia Islam untuk mengeksploitasi manfaat-manfaat materialnya, juga berupaya untuk menyebarkan kapitalisme pada banyak bidang. Misalnya perhatian negara-negara penjajah terhadap konferensi-konferensi seperti “konferensi emansipasi” dan “kesetaraan gender”.
Sebelum Perang Dunia II tidak terdapatblok-blok dalam arti ideologis. Adapun setelah Perang Dunia II, dunia terbagi secara internasional menjadi dua blok: Blok Barat (tak semua berideologi kapitalisme) dan Blok Timur (berideologi komunisme). AS dianggap sebagai negara pertama dalam Blok Barat, sedang Rusia (Uni Soviet) sebagai negara pertama di Blok Timur.
Selamanya penjajahan tidak akan menguntungkan manusia. Penolakan penjajahan harus dilakukan sebagai bentuk menuju kedamaian hidup dunia. Penolakan juga disertai dengan sikap menolak ideologi batil yaitu Kapitalisme dan Komunisme. Serta kedua turunan dari ideologi dalam berbagai bentuk ide turunannya. Kedua ide itulah yang menyebabkan kerusakan di bumi.
Dibalik KAA 1955
Penjajahan Eropa di Afrika berlangsung hingga akhir perang Dunia II. Pada saat Piagam PBB disusun, di dalamnya terdapat pasalpasalyang berkaitan dengan penghentian penjajahan. Akan tetapipasal-pasal ini dibuat sedemikian rupa sehingga penghentianpenjajahan ini berlangsung secara bertahap. Maka, negara-negaraadidaya tidak membicarakan penghentian penjajahan di Afrikakecuali setelah tahun 1960. Sedang sebelum itu pada sebagian negara-negara jajahan dibentuk pemerintahan perwalian/mandat,seperti jajahan-jajahan Italia sebagai pendahuluan untuk penghentian penjajahan di sana. Terdapat pula aktivitas-aktivitas politik untuk mengakhiri penjajahan.
Aktivitas politik yang terpenting waktu itu tercermin padagagasan Netralitas Positif, Konferensi Netralitas Positif, dan NonBlok. Gagasan Netralitas Positif ini pada mulanya adalah gagasanInggris yang diberikan oleh PM Churchil kepada salah satu agenInggris, yaitu Nehru. Churchil meminta Nehru agarmengumumkan ide itu sebagai politik India dan menjalankannyadi negara-negara di kawasan Asia.


Mengenai ide kemerdekaan, Inggris telah sejak lamamenjadikannya sebagai sarana untuk mengubah carapenjajahannya. Inggris telah memberikan kemerdekaan kepadasebagian jajahannya dan menjadikannya negara-negara merdeka.Sebagiannya dibentuk Inggris menjadi apa yang disebut NegaraPersemakmuran Inggris. Karena itu, Inggris tidak banyakmempedulikan ide kemerdekaan, tetapi dia mendukungnya danmengikuti alurnya karena Inggris tahu bagaimana memanfaatkanide ini untuk tetap mengokohkan penjajahannya. Namun Inggriskhawatir terhadap dominasi AS atas negara-negara merdekatersebut melalui cara memberikan utang luar negeri, mengirimtenaga ahli, memberi bantuan, dan sebagainya.
Inilah asal usul mengapa Inggris memunculkan gagasanNetralitas Positif dan memberikannya pada Nehru agar Nehrumenjalankannya sebagai upaya menghambat AS dan Rusia (UniSoviet). Nehru kemudian benar-benar menyebarkan gagasan inidengan penuh semangat.
Nehru tetap menyebarkan gagasan ini dan berusaha mewujudkan gagasannya menjadi aksi yangkonkret. Nehru kemudian menjalin kontak dengan Cina dan mengajaknya untuk mengadakan konferensi negara-negara nonblok.Cina dengan serta-merta menerimanya lalu dibentuklahpanitia persiapan konferensi. Panitia ini lalu mengadakan kontakdengan negara-negara terjajah yang sudah merdeka dan mengajaknya untuk mengadakan konferensi non-blok.
Indonesia termasuk ke dalam panitia ini. Pada waktu itu Indonesia belum cenderung memihak kepada AS. Indonesia jugakhawatir jikalau nanti konferensi itu akan berpihak pada komunis.Nampak saat itu Indonesia berusaha untuk meminta pendapat AS dan AS pun kemudian mendukung Indonesia. Waktu itupresiden Eisenhower juga menyetujui gagasan non-blok ini.Karena itulah, Indonesia menerima baik gagasan ini danmengusulkan supaya konferensi itu diadakan di Indonesiatepatnya di Bandung. Usulan ini diterima oleh panitia dan diadakanlah konferensi ini di Bandung pada tahun 1955.
Rusia (Uni Soviet), Cina, Inggris, dan AS masing-masingberusaha memanfaatkan konferensi itu. Tetapi konferensi inikemudian menghasilkan kesimpulan yang memuaskan Rusia (UniSoviet), Cina dan AS, karena konferensi mengeluarkan deklarasideklarasiyang menyerukan kemerdekaan. Sementara Inggris tidakpuas karena dia ingin menguasai sendiri ataupun mendominasigagasan non-blok ini.
AS kemudian benar-benar memanfaatkan konferensi ini.Waktu itu Tito, Soekarno, dan Abdul Nasser mengadopsi dengankuat gagasan dan konferensi non-blok ini. Mereka kemudianbergabung dengan Nehru —si agen Inggris— pemilik asli gagasanitu dan menjadikan konferensi tersebut sebagai sarana untukmenyerukan kemerdekaan dari penjajahan dan untuk menyerangnegara-negara imperialis. Mereka memprioritaskan usahanya diAfrika. Pada tahun tahun 1960 gagasan non-blok tersebut telahmemainkan perannya di Afrika.



Menelisik Pengaruh KAA 2015
Ada tiga hal penting dari pertemuan KAA 2015, yaitu ekonomi-kesejahteraan, isu kemerdekaan, dan islam. Tiga isu itu menggambarkan bahwa negara yang tergabung dalam KAA masih jauh dari kesejahteraan, kedaulatan, dan kemandirian yan diidamkan pasca merdeka.
Terkait ekonomi-kesejahteraan, secara georafis jika dibentangkan mulai daratan Maroko hingga Merauke (Indonesia), akan tampak keanekaragaman hayati berupa flora dan fauna. Kandungan kekayaan di dalam perut bumi berupa minyak, mineral, dan tambang lainnya. Ibaratkan wilayah Afrika-Asia seperti kue dan sepiring masakan enak. Orang yang melihat pun akan tergiur dan coba memakannya. Cara halus dan kasar pun ditempuh.
Fakta menunjukan di beberapa negara yang memiliki SDA berlimpah terkadang salah urus. Sehingga tidak dapat dinikmati dan memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya. Sebaliknya, SDA itu dikuasai asing melalui korporasi rakusnya. Di satu sisi ada dilema ketika negara yang kaya SDA, ada rakyat yang miskin dan tidak sejahtera. Di sisi lainnya, hasil SDA berlimpah hasilnya digunakan untuk hal yang tidak penting demi memuaskan pihak penguasa. Sebagaimana negara di Timur Tengah yang menanamkan saham di klub sepak bola eropa. Sementara mereka lupa, jika Palestina merana tak sedikitpun diperhatikan.
Jika pun ingin meningkatkan kerjasama ekonomi Asia-Afrika, maka negara-negara itu harus mampu melepaskan belenggu kapitalisme dan jeratan tekanan Eropa, AS, China, dan Rusia dalam perdagangan internasional. Yang harus diingat negara di dunia ini terikat dengan WTO yang dikuasai segelintir negara berpengaruh. Bahkan keterbukaan barang, jasa, dan orang akan begitu mudah masuk dan keluar dari suatu negara. Sebagaimana liberalisasi perdangan atas nama MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) dan sejenisnya.
Terkait isu kemerdekaan Palestina, isu itu memang hangat di dunia internasional. Baik di PBB, Parlemen Eropa, Dunia Islam, dan Parlemen Amerika. Mereka cenderung sibuk dalam urusan diplomasi dan konfrensi untuk membujuk Israel. Sementara keberadaan Israel di Palestina bukan menjadi ancaman nyata. Mereka menutup mata, bahwa penjajahan Palestina dikarenakan arogansi Israel ketika direstui PBB dan Inggris untuk mengusir penduduk Palestina. Lantas, atas dasar apa mereka menjulat lidahnya sendiri? Mereka lupa bahwa bergelimangnya mayat tak membuat mereka miris dan bersedih. Sungguh aneh?
Hingga saat ini draf dukungan Palestina merdeka masih dibahas perwakilan Indonesia di New York.‎Luhut di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa 31/3/2015 mengatakan,”Saya belum tahu perkembangan terakhir. Tapi itu menjadi usulan dari pemerintah Indonesia dan itu janji presiden. Kementerian Luar Negeri kita masih melobi itu. Mudah-mudahan bisa kita capai.” Sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, Indonesia mempunyai arti penting bagi Palestina. Seperti komitmen Jokowi sejak awal menjadi presiden, pemerintah RI akan terus mendorong deklarasi ini, agar Palestina menjadi negara merdeka dan masuk anggota PBB (news.liputan6.com).

Istilah kemerdekaan Palestina merupakan bagian dari intrik politik dan kelicikan Barat. Solusi selama ini yang ditawarkan berupa keberadaan dua negara: Palestina dan Israel berdampingan. Ini sebenarnya bukan solusi, karena sama saja membiarkan Israel untuk bercokol dan merangsek untuk menguasai wilayah Palestina. Di sisi lain, Israel merupakan mitra utama AS untuk menjaga pengaruhnya di Timur Tengah.
Maka solusi tuntas bagi kemerdekaan Palestina adalah kesepakatan pemimpin negara Asia-Afrika yang memiliki aqidah Islam mengirimkan tentara untuk berjihad mengusir Israel. Karena hakikat penjajahan dan pendudukan di Palestina berupa fisik.
Isu-isu Islam begitu menarik dan menjadi perdebatan hangat. Pembicaraan Islam biasanya dikaitakan dengan radikalisme, ektrimisme, moderat, dan toleran. Tampaknya Islam yang kaffah dan mulia ini akan digeser pada pemahaman Islam moderat ala Barat. Selama ini, Barat setelah melakukan kajian mendalam pada Islam dan dunia Islam mereka pun berbicara Islam atas pandangan mereka. Barat berupaya mengakomodasikan pemikirannya agar diterima oleh Islam. Dimunculkan istilah demokratisasi, humanisme, dan moderat. Islam coba ditarik jauh dari akarnya dan kesuciannya.
Oleh karena itu, KAA 2015 tidak akan berarti apa pun, jika yang masih menjadi pengikatnya adalah nasionalisme dan perasaan terjajah. Barat pun tidak akan gentar karena KAA 2015 bukanlah agenda politik penyatuan wilayah Asia-Afrika untuk melawan mereka. Barat faham betul bahwa antek dan pemimpin negara boneka akan senantiasa menjaga kepentingannya di Asia-Afrika. Seharusnya negara yang tergabung dalam KAA menyadari bahwa ada penjajahan gaya baru (neo imprelisme) dan kebebasan baru (neo liberalisme) di negeri mereka. Mereka seharusnya dalam KAA 2015 merumuskan untuk mengusir Kapitalisme dan menyelamatkan negerinya dari neo imprelisme dan neo liberalisme.
Indonesia layak menjadi motor dan pemersatu anggota KAA yang mayoritas muslim untuk kembali bersatu di bawah satu kepemimpinan. Indonesia dengan SDM dan SDA-nya pasti mampu memimpin dan menjadi pelindung negeri lainnya. Yang dibutuhkan hanya satu, yaitu keberanian politik untuk menggabungkan negeri-negeri kaum muslim dalam bendera tauhid. Itulah esensi negara Khilafah yang akan menyatukan segala potensi untuk mengusir dominasi penjajah asing.