TUGAS ILMU SOSIAL
DASAR
NAMA : DANANG
SEPTIAWAN
KELAS : 1 TB 03
NPM : 21313998
JURUSAN: ARSITEKTUR
UNIVERISTAS GUNADARMA
BAB VIII
PERTENTANGAN
SOSIAL DAN INTEGRASI MASYARAKAT
A.
PERBEDAAN KEPENTINGAN
Kepentingan merupakan dasar dari
timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku karena adanya
dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Masalah yang terjadi dalam
kehidupan itu sangatlah bermacam-macam karena setiap individu itu mempunyai
suatu kepentingan sendiri-sendiri yang berikabatkan suatu perbedaan suatu
kehidupan sosial yang terjadi dalam bermasyarakat.
Perbedaan kepentingan itu antara
lain berupa :
1. kepentingan individu untuk
memperoleh kasih sayang
2. kepentingan individu untuk
memperoleh harga diri
3. kepentingan individu untuk
memperoleh penghargaan yang sama
4. kepentingan individu untuk
memperoleh prestasi dan posisi
5. kepentingan individu untuk
dibutuhkan orang lain
B. PRASANGKA
DISKRIMINASI DAN ETHOSENTRIS
Prasangka (prejudice) diaratikan
suatu anggapan terhadap sesuatu dari seseorang bahwa sesuatu itu buruk dengan
tanpa kritik terlebih dahulu.
Sebab-sebab timbulnya prasangka dan diskriminasi :
1.
berlatar belakang sejarah
2.
dilatar-belakangi oleh perkembangan sosio-kultural dan situasional
3.
bersumber dari factor kepribadian
4.
berlatang belakang perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama
Usaha-usaha mengurangi/menghilangkan prasangka dan diskriminai
1.
Perbaikan kondisi sosial ekonomi
2.
Perluasan kesempatan belajar
3.
Sikap terbuka dan sikap lapang
Merupakan dua hal yang ada
relevansinya. Kedua tindakan tersebut dapat merugikan pertumbuhan, perkembangan
dan bahkan integrasi masyarakat. Dari peristiwa kecil yang menyangkut dua orang
dapat meluas dan menjalar, melibatkan sepuluh orang, golongan atau wilayah
disertai tindakan kekerasan dan destruktif yang merugikan.
Perbedaan terpokok antara
prasangla dan diskriminatif ialah bahwa prasangka menunjuk pada aspek sikap
sedangkan diskriminatif menunjuk pada tindakan.
Etnosentrisme yaitu suatu
kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri
sebagaai sesuatu yang prima, terbaik, mutlak dan diepergunakan sebagai tolok
ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain. Etnosentrisme
merupakan kecenderungan tak sadar untuk menginterpretasikan atau menilai
kelompok lain dengan tolok ukur kebudayaannya sendiri. Sikap etnosentrisme
dalam tingkah laku berkomunikasi nampak canggung, tidak luwes.
C. PENJELASAN
DISKRIMINASI DAN ETHOSENTRIS
I. Diskriminasi
Diskriminasi ialah perlakuan
pembedaan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung atau tak langsung
terhadap orang atau kelompok dengan didasarkan pada gender,ras, agama,umur,
status sosial, status ekonomi, bahasa, keyakinan politik, atau karakteritik
yang lain.
II. Ethnosentris
Etnosentrisme adalah sikap yang
menggunakan pandangan dan cara hidup dari sudut pandangnya sebagai tolok ukur
untuk menilai kelompok lain.
Apabila tidak dikelola dengan
baik, perbedaan budaya dan adat istiadat antarkelompok masyarakat tersebut akan
menimbulkan konflik sosial akibat adanya sikap etnosentrisme. Sikap tersebut
timbul karena adanya anggapan suatu kelompok masyarakat bahwa mereka memiliki
pandangan hidup dan sistem nilai yang berbeda dengan kelompok masyarakat
lainnya.
Etnosentrisme akan terus marak
apabila pemiliknya tidak mampu melihat human encounter sebagai peluang untuk
saling belajar dan meningkatkan kecerdasan, yang selanjutnya bermuara pada
prestasi. Sebaliknya, kelompok etnis yang mampu menggunakan perjumpaan mereka
dengan kelompok-kelompok lain dengan sebaik-baiknya, di mana pun tempat
terjadinya, justru akan makin meninggalkan etnosentrisme. Kelompok semacam itu
mampu berprestasi dan menatap masa depan dengan cerah.
D. PERTENTANGAN SOSIAL DAN
KETEGANGAN DALAM MASYARAKAT
Konflik mengandung pengertian
tingkah laku yang lebih luas daripada yang biasa dibayangkan orang dengan
mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar atau perang. Dalam hal ini
terdapat tiga elemen dasar yang merupakan ciri dari situasi konflik, yaitu :
terdapat dua atau lebih unit-unit
atau bagian yang terlibat dalam konflik.
Unit-unit tersebut mempunyai
perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan, tujuan, masalah, sikap, maupun
gagasan-gagasan.
Terdapatnya interaksi di antara
bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan tersebut.
Adapun cara-cara pemecahan
konflik tersebut adalah :
1. Elimination yaitu pengunduran
diri salah satu pihak yang telibat dalam konflik yang diungkapkan dengan : kami
mengalah, kami mendongkol, kami keluar, kami membentuk kelompok kami sendiri.
2. Subjugation atau domination,
artinya orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat memaksa orang
atau pihak lain untuk mentaatinya.
3. Mjority Rule artinya suara
terbanyak yang ditentukan dengan voting akan menentukan keputusan, tanpa
mempertimbangkan argumentasi.
E. GOLONGAN
– GOLONGAN YANG BERBEDA DAN INTEGRASI SOSIAL
Masyarakat indonesia adalah masyarakat yang
majemuk, msyarakat majemuk itu di persatukan oleh sistim nasional negara
indonesia.aspek-aspek kemasyarakatan yang mempersatukannya antara lain :
1. Suku
bangsa dan kebudayaannya
2. Agama.
3. Bahasa,
4. Nasional
Indonesia
Integrasi
Masalah besar yang di hadapi
indonesia adalah sulitnya itegrasi antara 1 dengan yang lainnya.
Masyarakat-masyarakat yang ada di indonesia mereka tetap hidup
berdampingan pada kemajemukannya.
berikut adalah beberapa variabel yang dapat menghambat integrasi :
1. Klaim/Tuntutan
penguasaan atas wilayah-wilayah yang di anggap sebagai miliknya
2. Isu
asli tidak asli berkaitan dengan perbedaan kehidupan ekonomi antar warga negara
indonesia asli dengan keturunan lain
3. agama,
sentimen agama dapat di gerakkan untuk mempertajam kesukuan.
4. prasangka
yang merupakan sikap permusuhan terhadap seseorang golongan tertentuk.
Dalam hal ini masyarakat
indonesia seringkali terhambat integrasinya karena variabel variabel yang di
sebutkan di atas. masyarakat indonesia pada umumnya masih sulit untuk menerima
sesuatu yang baru ataupun yang berbeda dengan yang biasa ia temukan. misalnya
saja antar agama masih sering terjadi permusuhan/ sering terjadi perang agama
di desa-desa yang berada di pulau jawa. hal tersebut menunjukkan bahwa betapa
sulitnya bagi mereka untuk berintegrasi tanpa menyangkut pautkan
variabel-variabel yang ada di atas tadi.
F.
INTEGRASI NASIONAL
Integrasi nasional adalah usaha
dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan yang ada pada suatu negara
sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional.
Seperti yang kita ketahui,
Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan ataupun
wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi bangsa karena kita
bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya
budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan
sebuah keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru. Kita
ketahui dengan wilayah dan budaya yang melimpah itu akan menghasilkan karakter
atau manusia manusia yang berbeda pula sehingga dapat mengancam keutuhan bangsa
Indonesia.
Faktor-faktor pendorong integrasi nasional sebagai berikut:
1. Faktor sejarah yang menimbulkan
rasa senasib dan seperjuangan.
2. Keinginan untuk bersatu di
kalangan bangsa Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28
Oktober 1928.
3. Rasa cinta tanah air di kalangan
bangsa Indonesia, sebagaimana dibuktikan perjuangan merebut, menegakkan, dan
mengisi kemerdekaan.
4. Rasa rela berkorban untuk
kepentingan bangsa dan Negara, sebagaimana dibuktikan oleh banyak pahlawan
bangsa yang gugur di medan perjuangan.
5. Kesepakatan atau konsensus
nasional dalam perwujudan Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila dan UUD 1945,
bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, bahasa kesatuan bahasa
Indonesia.
Faktor-faktor penghambat integrasi nasional sebagai
berikut:
1. Masyarakat Indonesia yang
heterogen (beraneka ragam) dalam faktor-faktor kesukubangsaan dengan
masing-masing kebudayaan daerahnya, bahasa daerah, agama yang dianut, ras dan
sebagainya.
2. Wilayah negara yang begitu luas,
terdiri atas ribuan kepulauan yang dikelilingi oleh lautan luas.
3. Besarnya kemungkinan ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan yang merongrong keutuhan, kesatuan dan
persatuan bangsa, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.
4. Masih besarnya ketimpangan dan
ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan menimbulkan berbagai
rasa tidak puas dan keputusasaan di masalah SARA (Suku, Agama, Ras, dan
Antar-golongan), gerakan separatisme dan kedaerahan, demonstrasi dan unjuk
rasa.
5. Adanya paham “etnosentrisme” di
antara beberapa suku bangsa yang menonjolkan kelebihan-kelebihan budayanya dan
menganggap rendah budaya suku bangsa lain.
Contoh wujud integrasi nasional, antara lain sebagai berikut:
1. Pembangunan Taman Mini Indonesia
Indah (TMII) di Jakarta oleh Pemerintah Republik Indonesia yang diresmikan pada
tahun 1976. Di kompleks Taman Mini Indonesia Indah terdapat anjungan dari semua
propinsi di Indonesia (waktu itu ada 27 provinsi). Setiap anjungan menampilkan
rumah adat beserta aneka macam hasil budaya di provinsi itu, misalnya adat, tarian
daerah, alat musik khas daerah, dan sebagainya.
2. Sikap toleransi antarumat
beragama, walaupun agama kita berbeda dengan teman, tetangga atau saudara, kita
harus saling menghormati.
3. Sikap menghargai dan merasa ikut
memiliki kebudayan daerah lain, bahkan mau mempelajari budaya daerah lain,
misalnya masyarakat Jawa atau Sumatra, belajar menari legong yang merupakan
salah satu tarian adat Bali. Selain anjungan dari semua propinsi di Indonesia,
di dalam komplek Taman Mini Indonesia Indah juga terdapat bangunan tempat
ibadah dari agama-agama yang resmi di Indonesia, yaitu masjid (untuk agama
Islam), gereja (untuk agama Kristen dan Katolik), pura (untuk agama Hindu) dan
wihara (untuk agama Buddha). Perlu diketahui, bahwa waktu itu agama resmi di
Indonesia baru 5 (lima) macam.
Contoh-contoh pendorong integrasi nasional :
Ø Adanya rasa keinginan untuk
bersatu agar menjadi negara yang lebih maju dan tangguh di masa yang akan
datang.
Ø Rasa cinta tanah air terhadap
bangsa Indonesia
Ø Adanya rasa untuk tidak ingin
terpecah belah, karena untuk mencari kemerdekaan itu adalah hal yang sangat
sulit.
Ø Adanya sikap kedewasaan di
sebagian pihak, sehingga saat terjadi pertentangan pihak ini lebih baik
mengalah agar tidak terjadi perpecahan bangsa.
Ø Adanya rasa senasib dan
sepenanggungan
Ø Adanya rasa dan keinginan untuk
rela berkorban bagi bangsa dan negara demi terciptanya kedamaian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar